Kita bisa merencanakan menikah dengan siapa, tapi kita tidak bisa merencanakan cinta kita untuk siapa. Karena ada kalanya, manusia hanya bisa merencanakan tanpa ada kuasa untuk menentukan akhir. Sebesar apa pun rasa cinta dan sayang kita pada seseorang belum tentu menjamin akhir yang bahagia. Malah akan semakin tersiksa jika kita berpisah dengan seseorang yang sangat sangat sangat kita cintai.
Mencintaimu adalah takdir, sedangkan menikah denganmu adalah nasib. Sudah menjadi takdir ku untuk jatuh cinta pada seseorang, dan itu adalah kamu. sudah menjadi takdirku untuk mempunyai mimpi hidup bersama dan bahagia sampai hari tua. Sudah menjadi takdirku memilihmu sebagai seseorang yang sangat aku cintai.
Tapi nasib berkata lain, ketika kau meminta untuk mengakhiri hubungan yang telah lama kita jalin. Memberikan jawaban, kalau semua harapan tentangmu akan segera berakhir dan aku harus bangun dari mimpi dalam tidur yang pajang. Inikah kenyatataan yang terasa pahit itu, ketika nama dalam doa-doa ku harus aku ganti..
Entah ini pilihan siapa, entah ini salah siapa. ketika bersama mu memiliki akhir perpisahan, meninggalkan kenangan manis yang sekarang terasa pahit jika di kenang. Mungkin kedua orangtuamu yang tidak setuju aku ada di sampingmu, atau ada ketidakpantasan ketika aku bersanding dengan mu. mungkin ini jalan hidup yang harus aku jalani.
Beberapa bulan kedepan mungkin aku akan mengetahui alasan perpisahan kita. Ketika undangan bahagia darimu disambut tetes air mata. Ketika memutuskan untuk hadir dan memberikan doa adalah sebuah pilihan yang sangat berat. Ketika harus merelakan posisi yang seharusnya aku tempati untuk membahagiakanmu. ( baca juga : Ya Allah Jika Aku Jatuh Cinta, Jatuhkanlah Pada Lelaki Yang Kau Cintai Dan Mencintaiku )
Takdirku untuk jatuh cinta kepadamu, menemani sampai kau bertemu jodohmu. Tapi salahku yang terlalu berharap, seperti aku yang akan menjadi jodohmu itu. Salahku yang selalu percaya kalau kita akan bersama selamanya. Tapi nasibku untuk merelakanmu, merelakan kau bahagia dengan seseorang dan itu bukan aku. Merelakan kau bahagia, sedangkan aku di sini harus berusaha melupakan segala sesuatu tentang kita. Kita yang dulu pernah bersama dan bahagia, sekarang harus berpisah karena pilihan orang tua. ( baca juga : Aku Tidak Takut, Kalau Suatu Hari Nanti Bukan Namaku Yang Kau Sebut )