Telah menceritakan kepada kami Abdullah, telah menceritakan kepada kami Muhammad Ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami ‘Ubaid Ibn Ishaq, telah menceritakan kepada kami ‘Ashim Ibn Muhammad al-Umari dari Zaid Ibn Aslam dari ayahnya mengatakan:
“Ketika Umar bin Khaththab berkhutbah di hadapan orang banyak, lewatlah seseorang bersama puteranya yang di gendong diatas pundaknya. Umar berkata: “Aku tidak melihat burung gagak yang serupa dengan burung gagak lain melebihi keserupaan ayah dan anak ini.” Apa yang dikatakan Umar adalah perumpamaan. Menurut orang-orang Arab, binatang yang paling serupa satu sama lain dan sulit dibedakan adalah burung gagak.
Orang itu menjawab: “Pada saat itu aku ingin melakukan safar (perjalanan jauh) dalam kafilah demikian dan demikian, namun istriku melarangku. Ketika aku sudah sampai di
“Ketika Umar bin Khaththab berkhutbah di hadapan orang banyak, lewatlah seseorang bersama puteranya yang di gendong diatas pundaknya. Umar berkata: “Aku tidak melihat burung gagak yang serupa dengan burung gagak lain melebihi keserupaan ayah dan anak ini.” Apa yang dikatakan Umar adalah perumpamaan. Menurut orang-orang Arab, binatang yang paling serupa satu sama lain dan sulit dibedakan adalah burung gagak.
Sumber: Google.com |
Orang itu menjawab: “Demi Allah wahai amirul mukminin, ibu anak ini melahirkan setelah meninggal dunia!” Mendengar hal ini, Umar pun segera membetulkan posisi duduknya dan bertanya: “Aduhai, bagaimana itu bisa terjadi?” Umar bin Khaththab menyukai berita-berita yang menakjubkan atau aneh.
Orang itu menjawab: “Pada saat itu aku ingin melakukan safar (perjalanan jauh) dalam kafilah demikian dan demikian, namun istriku melarangku. Ketika aku sudah sampai di
depan pintu rumah pun, dia masih saja bersikeras agar aku tidak pergi. Istriku berkata: 'Bagaimana mungkin kau meninggalkan aku sementara aku sedang hamil?' Aku pun menenangkannya sembari berkata kepadanya: 'Aku menitipkan janin yang berada didalam perutmu kepada Allah.'" Renungkanlah takdir Allah karena pria ini tidak mendo’akan istrinya dan dia pun pergi.
"Setelah aku pulang dari bepergianku, aku melihat ada banyak kerumunan orang di depan rumahku, dan anak-anak dari pamanku menghampiriku untuk memberitahu bahwa istriku telah meninggal dunia. Aku sangat bersedih dan terkejut karenanya seraya mengucap: Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.’ Suatu malam ketika aku duduk di Baqi’ bersama anak-anak pamanku untuk makan malam, aku melihat ada asap yang keluar dari kuburan istriku. Aku bertanya kepada anak-anak pamanku: “Apa ini?” Mereka menjawab: “Kami tidak tahu. Kami hanya melihat asap tersebut setiap malam di kuburan di istrimu.” Aku pun berkata 'Demi Allah, aku orang yang paling mengetahui tentang istriku! Dia sering berpuasa, dia wanita yang mulia, dia beramar ma’ruf nahi munkar sehingga Allah tidak mungkin menghinakannya!'
Aku lalu mengambil kapak dan bergegas menuju kuburan itu sementara anak-anak dari pamanku mengikutiku dari belakang. Ternyata kuburan itu terbuka dan anak ini berada dipelukan ibunya! Aku mendekat, kemudian ada suara yang berbicara kepadaku: 'Wahai orang yang menitipkan kepada Tuhannya, ambillah kembali titipanmu. Kalau seandainya engkau juga menitipkan ibunya, tentu engkau akan mendapatinya juga.'" Para ulama mengatakan maksudnya adalah andai saja pria itu menitipkan juga istrinya kepada Allah, maka dia akan menemuinya sebagaimana dia menitipkan istrinya itu, yakni istrinya tetap hidup. Tapi takdir Allah telah tetap dan Allah tidak menakdirkan dia untuk mengucapkan do’a itu. Pria itu berkata, "Aku mengambil bayi tersebut dan serta merta kuburan itu kembali menutup.”
Aku Ja’far berkata: “Aku bertanya kepada Utsman Ibn Zufar tentang kejadian ini, dia menjawab: “Aku mendengarnya dari ‘Ashim.”
.
Referensi: Buku ‘Mereka yang hidup lagi setelah mati’ karya Abu Bakar Ibn Abid Dunya, hal. 58-60 dengan penerbit Pustaka Salafiyah, Banyumas, 2009 dan Ceramah Syekh Saleh al-Maghamsi.
Sumber : berbagai sumber
"Setelah aku pulang dari bepergianku, aku melihat ada banyak kerumunan orang di depan rumahku, dan anak-anak dari pamanku menghampiriku untuk memberitahu bahwa istriku telah meninggal dunia. Aku sangat bersedih dan terkejut karenanya seraya mengucap: Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.’ Suatu malam ketika aku duduk di Baqi’ bersama anak-anak pamanku untuk makan malam, aku melihat ada asap yang keluar dari kuburan istriku. Aku bertanya kepada anak-anak pamanku: “Apa ini?” Mereka menjawab: “Kami tidak tahu. Kami hanya melihat asap tersebut setiap malam di kuburan di istrimu.” Aku pun berkata 'Demi Allah, aku orang yang paling mengetahui tentang istriku! Dia sering berpuasa, dia wanita yang mulia, dia beramar ma’ruf nahi munkar sehingga Allah tidak mungkin menghinakannya!'
Aku lalu mengambil kapak dan bergegas menuju kuburan itu sementara anak-anak dari pamanku mengikutiku dari belakang. Ternyata kuburan itu terbuka dan anak ini berada dipelukan ibunya! Aku mendekat, kemudian ada suara yang berbicara kepadaku: 'Wahai orang yang menitipkan kepada Tuhannya, ambillah kembali titipanmu. Kalau seandainya engkau juga menitipkan ibunya, tentu engkau akan mendapatinya juga.'" Para ulama mengatakan maksudnya adalah andai saja pria itu menitipkan juga istrinya kepada Allah, maka dia akan menemuinya sebagaimana dia menitipkan istrinya itu, yakni istrinya tetap hidup. Tapi takdir Allah telah tetap dan Allah tidak menakdirkan dia untuk mengucapkan do’a itu. Pria itu berkata, "Aku mengambil bayi tersebut dan serta merta kuburan itu kembali menutup.”
Aku Ja’far berkata: “Aku bertanya kepada Utsman Ibn Zufar tentang kejadian ini, dia menjawab: “Aku mendengarnya dari ‘Ashim.”
.
Referensi: Buku ‘Mereka yang hidup lagi setelah mati’ karya Abu Bakar Ibn Abid Dunya, hal. 58-60 dengan penerbit Pustaka Salafiyah, Banyumas, 2009 dan Ceramah Syekh Saleh al-Maghamsi.
Sumber : berbagai sumber