Aku disini masih menunggu ditengah kesendirian, menati dalam hujan bersama rindu ingin bertemu. Kadang ada tetes yang berasal dari hati melewati pipi dan jatuh ke bumi seperti air hujan. Percayalah kalau itu adalah buah dari doa yang sengaja menuju langit dan turun kembali bersama rindu.
Kapan kau akan meminjamkan bahumu untukku, saat aku lelah mengarungi waktu. saat aku tidak tau arah harus kemana dan kau lah satu-satunya tempat untuk kembali, saat dunia sangat begitu menyeramkan dan aku tau bersamamu hati ini akan merasa damai.
Air itu berasal dari bumi, ia kelangit hanya untuk dimurnikan di simpan sebagai hadiah terindah untuk bumi yang sedang merindukan di kala kemarau. Memberikan kehidupan untuk siapa aja yang mengharapkan, tapi bersamanya kadang ada badai yang membuatnya selalu di caci.
Rindu ini seperti tetes hujang yang turun dari langit, sangat banyak dan tidak akan pernah terhitung. Rindu ini seperti tetes hujan di sore hari, yang akan meninggalkan pelangi bagi siapa saja yang sabar menanti. Rindu ini seperti tetes hujan yang selalu membuatku meneteskan air mata, yang masih menyih meyimpan tanya kapan kita akan menikmati rintik hujan bersama.
Jangan pernah meragukan kesetiaan seorang wanita, jangan pernah bertanya sampai kapan aku kuat untuk menunggu. Karena waktupun akan berhenti ketika seorang wanita sudah memberikan hati dan kepercayaan untuk menanti. Tapi kadang ada rasa lelah dalam mengarungi waktu. dan aku rindu pundakmu untuk bersandar, mendengarkan semua keluh dan rasa kesal, atau hanya sekedar cerita untuk sebuah tawa.
Dikala bahumu belum ada, tapi sujudku selalu terjaga. Menjagamu dalam doa, agar hatiku tetap yakin untuk selalu menunggu dalam segala kecewa. Ada senyum sesudah tangis, karena harapan tentang tidak akan pernah habis. Selalu mengisi ruang-ruang keyakinan dalam hati, kalau suatu hari nanti kita bisa saling berbagi bersama menghabiskan sisa usia.