Kamu bukan satu-satunya alasanku untuk terus memperbaiki diri. Walau sejujurnya, namamu lah yang selalu aku ulang-ulang dalam doa. Namamu yang selalu aku minta untuk melengkapi dien yang aku miliki. Namamu yang aku harapkan tertulis dalam surat undangan pernikah yang kelak aku buat. Dan kamu orang yang bisa membuatku tertunduk malu. Tapi dihadapan Allah, Aku terang-terangan memintamu.
aku cemburu pada setiap buku yang selalu kau pandangi, sedangkan kau hanya bisa tertunduk saat berpapasan denganku. Aku cemburu pada semua teman-temanmu yang bisa berbincang bebas denganmu. Sedangkan aku hanya bisa menyapamu dalam doa, tanpa pernah tau kau membalas sapaanku atau tidak.
Kau adalah alasanku untuk terus memperbaiki diri, menjadi sosok yang pantas untuk bisa mendampingimu kelak. Sosok seorang istri dan ibu bagi kehidupan keluarga kita. Tapi aku tidak berharap lebih untuk bisa kau pilih menjadi satu-satunya wanita. karena mungkin takdir terbaik tidak pernah menyatukan kita.
Aku yang hanya bisa melihatmu dari jauh, dari sudut yang mungkin kau sendiri tidak bisa melihatnya. Aku yang berusaha mendekatkan diri utukmu dalam doa, dan berusaha memantaskan diri untukmu. hanya bisa iklas akan semua kehendak sang kuasa. Akan kah kita Ia satukan, atau hanya sebagai jalan menuju kebaikan.
Tidak akan pernah menyesal aku mengenalmu, dengan segala semangat untuk menuju jalan yang lebih baik karenamu. Kamu adalah alasan kenapa saya lebih mengenal Tuhanku sekarang. Kamu adalah sosok yang bisa membuatku terbiasa dengan doa-doa dan ibadah hanya karena-Nya.
Terimakasih telah hadir dalam kehidupanku, walau mungkin nantinya kita tidak sempat untuk saling memandang dalam kursi pelaminan. Terimakasih telah membukakan jalan hidayah untuk ku, semoga aku bisa terus menikmati kebersamaan dengan Rabb ku tanpa adanya kamu sebagai alasan. Semoga kita mendapat pendamping hidup yang baik dan pantas untuk terus berjalan dalam Ridho-Nya. setidaknya Kamu dan aku pernah bersama dalam doa, walau tidak pernah untuk bersatu di dunia.
