Kita yang masih dalam ikatan pertemanan, disatukan hanya untuk saling mengisi hari dan berbagi. Kita yang sudah saling mengenal lebih dekat dari siapa pun. Akan kah terus seperti ini, bahagia ketika kau merasakan bahagia dan bersedih ketika kau mendapatkan luka.
Aku yang selalu ada ketika kau pertamakali diputuskan dengan pacarmu. Masih ingatkah waktu itu, ketika kau menelfonku sambil menangis dan meluapkan seluruh keluh kesalmu. Disitu aku baru tau, kalau seorang lelaki bisa menangis karena cinta dan seorang wanita. Andai aku jadi wanita itu, akan aku jaga baik-baik perasaan mu.
Kau tau, aku wanita pertama yang hatinya hancur ketika kau dengan jujur bercerita mencintai teman dekatku. Hanya ucapan selamat dan senyum manis yang terasa pahit bagiku. Jujur aku ingin melihat kau bahagia, tapi tidak dengan cara yang seperti ini. Apa yang bisa aku lakukan selain ikhlas.
Kau teman masa kecilku, entah kenapa ada rasa yang timbul setelah sekian lama kita bersama. Kenapa persahabatan kita berbuah cinta setelah dahulu terasa biasa-biasa saja. Pernah kah kau merasakan apa yang aku rasakan sekarang. Atau hanya diriku, yang terlalu berlebihan dengan rasa.
Sekarang ini kau sedang memilih untuk sendiri, begitu pula dengan diriku. Agar lebih focus pada kuliah dan karir yang sedang di daki. Tidak kah berlebihan jika pertemana kita sekarang menjadi pertemanan dunia dan akhirat. Boleh kah aku berdoa agar kau menjadi teman pada saat aku berdiri di pelaminan.
Kau adalah teman bermain yang aku semogakan menjadi teman hidupku kelak