Jika kita merasa hidup kita sengsara seharusnya kita malu dengan Julaibib. Sesengsara-sesengsaranya kita coba bandingkan dengan...ah janganlah! Memang tabiat kita suka mengeluh. Tidak mau disalahkan! Selalu bersembunyi di balik kalimat: 'tapi kantapi kan'.
Selepas peristiwa menggegerkan Julaibib dengan sang putri Anshari itu setidaknya menggegerkan menurut kita tetap saja Julaibib tak dikenal. Mungkin berbeda dengan kita kalau dapat anak juragan herbal kaya raya yang cantiknya bukan buatan. Atau kalau dapat anak ustadz kondang yang sering safari dakwah hampir ke seluruh pelosok nusantara. Kadang-kadang kita terkena sindrome sok terkenal menumpang figur mertua kita. Astaghfirullah! Julaibib? Tetap dalam keterasingan.
Waktu itu kaum muslimin baru saja mendapatkan kemenangan dari Allah subhanahu wa ta'ala. Tiba-tiba saja Rasulullah bertanya kepada para shahabatnya "Tidakkah kalian kehilangan seseorang?" Serta merta para shahabat berebutan menjawab seolah yang mereka sebutkan namanya akan mendapat kabar gembira dari beliau "Iya iya ya Rasulullah. Aku kehilangan si Fulan dan si Fulan." Rasulullah bergeming dari jawaban mereka "Tidakkah kalian kehilangan seseorang?" "Saya saya ya Rasulullah. Saya kehilangan si Fulan dan si Fulan" para shahabat dengan sangat antusias menjawab dengan seribu satu harapan dari Rasulullah. Namun beliau tetap bergeming. Tetap menyiratkan wajah terpukul kehilangan.
Dengan nada parau beliau ulangi pertanyaan beliau "Tidakkah kalian kehilangan seseorang?" Suasana menjadi hening. Para shahabat yang tadinya sangat antusias sekarang terdiam seribu bahasa merasa bersalah. Mereka merasa semakin mereka menjawab akan semakin membuat Rasulullah sedih dan terpukul. Maka Rasulullah tidak sanggup lagi menahan kesedihannya "Aku kehilangan Julaibib." Deg.!! Mereka baru sadar bahwa di tengah-tengah mereka ada yang bernama Julaibib. Seketika nama itu benar-benar menohok hati para shahabat. Seakan mereka ingin mengutuk diri sendiri akibat lancang terhadap seseorang yang sangat dimuliakan Rasulullah. Mereka benar-benar ingin menangis. Menangisi diri sendiri.
"Tolong carikan shahabatku Julaibib" pinta Rasulullah sendu. Segera para shahabat mencari Julaibib demi menebus kesalahan mereka. Akhirnya para shahabat menemukan jasad beliau berada di tengah bangkai tujuh orang musyrik. Rasulullah bersabda "Dengan hebat dia membunuh tujuh musyrik ini mereka pun membunuhnya." Setelah bersabda demikian Rasullah semakin terisak-isak. Menambah suasana semakin sedih mengharu biru dan menyayat hati para shahabat yang semakin merasa bersalah.
Dengan tangannya yang mulia Rasulullah mengangkat kepala Julaibib dan menyandarkannya ke dada Rasulullah. "Sungguh Julaibib dariku dan aku dari Julaibib." Rasulullah terus mendekap Julaibib yang membuat para shahabat semakin menangis tersedu-sedu sembari menunggu shahabat selesai menggali liang kubur untuk beliau. Julaibib semoga Allah meridhainya.
Sangat indah perjalanan beliau. Hidup tak disebut meninggal semerbak wangi namanya. Bagaimana istri beliau? Disebutkan beliau adalah janda paling dermawan sekota Madinah. Janda? Iya kawan. Pergaulan Julaibib kepada istri beliau sangatlah menyenangkan. Membuat istri beliau tidak ingin menikah lagi setelah wafatnya. Berharap tetap menjadi istri Julaibib di Surga kelak.
Sumber Refrensi: - Shahih Muslim. - Musnad Ahmad.
Buah Goresan: Abu Uzair Khairul Huda (kelas 10) KASYAF ift.tt/1KQ8Drm ==========
Publikasi: WA Salafy Solo Channel Salafy Solo bit.ly/salafysolo Jumadal Ula 1437 H Di publikasikan
oleh : Tholibul Ilmi Cikarang Pada Ahad 05 Jumadil Awwal1437H/14 February 2016 M jam 17.35 wib