Kita yang sekarang seperti dua orang yang tidak saling mengenal. Terpisah karena mungkin takdir yang menginginkan untuk berpisah. Kau berada di belahan bumi yang tidak bisa aku gapai, walau hanya untuk sekejap.
Hanya bayangmu bersama kisah masa lalu yang setia menemain malam-malamku. Begitu manis dan romantic saat itu, saat dimana tidak pernah terbersit kata perpisahan. Aku adalah bagian dari dirimu yang saling melengkapi baik suka ataupun duka. Begitulah kisah kita dulu, seperti cerita pangeran dan tuan putri yang akan bahagia selamanya. Selamanya.
Tapi entah kenapa harus ada air mata di akhir sebuah kisah. Bukan sebuah air mata kebahagiaan, tapi tangis karena perpisahan yang tidak bisa kau jelaskan. Satu hal yang tidak bisa aku fahami, kenapa kau harus pergi saat hati ini sudah memilih dan percaya. Kenapa aku harus jatuh cinta pada seorang pria yang dulu aku anggap biasa.
Dirimu yang dulu pernah mengisi hatiku dengan kekuatan akan cinta. Menemani malam-malamku yang sepi dengan sapaan dan kisah-kisah kehidupan yang sangat menyenangkan. Aku bahagia seperti sang putri yang bertemu dengan kesatria pemberani yang akan menjadi pendamping hidupnya. Dan sayangnya aku sempat percaya.
Hati ini telah jatuh cinta, dan aku bisa apa. Selain berdoa dan berharap kau adalah pria yang akan menemui ayahku kelak. Memintaku padanya untuk kau jadikan ibu dari anak-anak kita nanti. Tapi sekarang semua itu hanyalah ilusi. Sebuah mimpi dan tidak akan pernah terjadi. Aku harus bangun dan terjaga, memulai kembali sebuah kisah, tanpa namamu.
Bagimu yang dulu pernah singgah, ada rasa yang tertinggal. Menempati sebuah ruang kecil di hati ini dan tidak mau pergi. Tetap lah disana dan jangan sampai meminta lebih. Karena semua yang ada padaku adalah milik masa depanku, bukan masa lalu yang dulu kita arungi bersama. Terimakasih telah membagi harimu dulu, walau sekarang kau tidak bersamaku.