Mencuatnya Kasus vaksin palsu membuat kekhawatiran di tengah masyarakat. Banyak yang bertanya bagaimanakah cara membedakan antara vaksin yang asli dan palsu.
Menurut Kepada Divisi Corporate Secretary PT Bio Farma, Rahman Rustan, ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk membedakan vaksin asli atau palsu, antara lain :
Dari segi isi, produk vaksin asli dan palsu berbeda Bentuk vaksin yang berubah, contoh vaksin campak yang seharusnya berbentuk beku kering menjadi cair dan pembeliannya tidak melalui distributor resmi
“Ada celah saat pembelian [vaksin palsu] ketika pembeli tidak memperhatikan distributornya resmi atau tidak,” kata Rahman kepada wartawan di kantor PT Bio Farma, Bandung, Jawa Barat, beberapa waktu lalu.
Sebenarnya, menurut Rahman, hanya dengan uji laboratorium yang bisa memastikan vaksin itu asli atau palsu. Tetapi masyarakat umum juga bisa menilai secara kasat mata dengan ciri-ciri seperti di bawah ini.
- Dijual bebas
- Tidak memiliki tanda dot merah
- Dari segi kemasan lebih kasar
- Nomor batch tidak terbaca
- Warna rubber stopper (tutup vial) berbeda dari yang asli
- Tidak terdapa nomor izin edar (NIE) Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
- Dari cetakan barcode sangat beda kemasan vaksin palsu
Terdapat label keterangan seputar vaksin pada ampul
Label ampul biasanya dilepas dan ditempelkan pada buku kesehatan setiap vaksinasi, lalu kemasan dihancurkan
Sedangkan dalam hal memilih distributor, Bio Farma tidak asal pilih. Ada sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi. Tidak hanya dari segi legalitas perusahaan saja, tetapi juga harus memenuhi kriteria seleksi administrasi dan juga teknis.
Di Indonesia terdapat 5 distributor resmi yang ditunjuk untuk menyalurkan vaksin produksi Bio Farma ke sektor swasta, yakni PT Indofarma Global Medika, PT Rajawali Nusindo, PT Merapi Utama Pharma, PT Sagi Capri, dan PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (khusus pemenang tender).
Sedangkan untuk sektor pemerintah, distribusi vaksin Bio Farma langsung melalui dinas kesehatan tingkat provinsi yang langsung menyalurkan ke dinas kesehatan kabupaten/kota dan berakhir di puskesmas atau posyandu.
Sumber: Bio Farma
Menurut Kepada Divisi Corporate Secretary PT Bio Farma, Rahman Rustan, ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk membedakan vaksin asli atau palsu, antara lain :
Dari segi isi, produk vaksin asli dan palsu berbeda Bentuk vaksin yang berubah, contoh vaksin campak yang seharusnya berbentuk beku kering menjadi cair dan pembeliannya tidak melalui distributor resmi
“Ada celah saat pembelian [vaksin palsu] ketika pembeli tidak memperhatikan distributornya resmi atau tidak,” kata Rahman kepada wartawan di kantor PT Bio Farma, Bandung, Jawa Barat, beberapa waktu lalu.
Sebenarnya, menurut Rahman, hanya dengan uji laboratorium yang bisa memastikan vaksin itu asli atau palsu. Tetapi masyarakat umum juga bisa menilai secara kasat mata dengan ciri-ciri seperti di bawah ini.
Ciri vaksin palsu:
- Dijual dengan harga lebih murah- Dijual bebas
- Tidak memiliki tanda dot merah
- Dari segi kemasan lebih kasar
- Nomor batch tidak terbaca
- Warna rubber stopper (tutup vial) berbeda dari yang asli
- Tidak terdapa nomor izin edar (NIE) Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
- Dari cetakan barcode sangat beda kemasan vaksin palsu
Ciri vaksin asli:
Kemasan masih disegelTerdapat label keterangan seputar vaksin pada ampul
Label ampul biasanya dilepas dan ditempelkan pada buku kesehatan setiap vaksinasi, lalu kemasan dihancurkan
Harus memenuhi syarat
Bio Farma bekerjasama dengan Biro Komunikasi Publik Kementerian Kesehatan dan Humas Badan POM menggelar tour untuk melihat langsung fasilitas produksi, riset dan pengembangan, pengemasan, distribusi vaksin di Bandung. Foto oleh Fahrul Jayadiputra/AntaraSedangkan dalam hal memilih distributor, Bio Farma tidak asal pilih. Ada sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi. Tidak hanya dari segi legalitas perusahaan saja, tetapi juga harus memenuhi kriteria seleksi administrasi dan juga teknis.
Di Indonesia terdapat 5 distributor resmi yang ditunjuk untuk menyalurkan vaksin produksi Bio Farma ke sektor swasta, yakni PT Indofarma Global Medika, PT Rajawali Nusindo, PT Merapi Utama Pharma, PT Sagi Capri, dan PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (khusus pemenang tender).
Sedangkan untuk sektor pemerintah, distribusi vaksin Bio Farma langsung melalui dinas kesehatan tingkat provinsi yang langsung menyalurkan ke dinas kesehatan kabupaten/kota dan berakhir di puskesmas atau posyandu.
Sumber: Bio Farma