Hidup itu sementara. Tapi wajib dipakai untuk mencari sebanyak-banyaknya bekal untuk menghadapi akhirat yang selamanya. Karenanya, menggandakan sembari membenahi nilai amal shaleh amatlah penting untuk dikerjakan di sepanjang jenak kehidupan.
Apalagi selepas mati, hanya tiga amal yang berguna untuk seseorang; ilmu yang bermanfaat, sedekah jariyah, serta doa anak yang shaleh bagi kedua orang tuanya. Ketiga amalan inilah yang wajib senantiasa diproduksi sepanjang hari supaya nanti kami dapat memanennya di Hari Kiamat.
Maka manfaatkanlah usia yang sebentar dengan beragam proyek menuntut ilmu serta menyebarkannya terhadap orang-orang yang kami cintai sertamasyarakat sekitar. Ikhlaslah dalam mengupayakannya. Dan, wakafkan diri sepanjang hayat dikandung badan untuk mengamalkannya.
Jika berilmu, jadi kami bakal mengenal waktu serta amalan apa yang paling tepat. Misalnya; sebelum sampai Subuh dimanfaatkan dengan dzikir, tilawah, serta perbanyak istighfar. Seusai Subuh, dilanjutkan dengan dzikir pagi serta keutamaan lainnya.
Siang hari, di sela-sela kerja, sebagai salah satu bentuk rehat yang paling bagus; jadi ia bergegas mendirikan Dhuha, kemudian melakukan tidur siang sesaat sebelum Dhuhur sebagai salah satu sunnah Nabi, serta seterusnya.
Semua itu, hanya dapat dilakukan oleh mereka yang berilmu. Sehingga, tidak ada masa yang sia-sia. Bagi orang yang berilmu, setiap jenak merupakan kesempatan untuk perbanyak amal shaleh guna mengumpulkan bekal kehidupan di akhirat kelak.
Yang patut dicatat, ada amalan-amalan penghapus pahala. Apabila amalan ini dikerjakan di akhir hayat, jadi amalan dengan tinggi gunung alias sebanyak air di samudera, dapat habis karena satu amalan itu. Misalnya, sebagaimana disebutkan oleh Rasulullah dalam salah satu sabdanya yang berstatus Hasan Gharib ini:
Sungguh, ada orang yang melakukan kebaikan selagi tujuh puluh tahun, namun ia berwasiat serta zhaim dalam wasiatnya, lalu menutup usianya dengan kejelekan amalnya jadi ia dimasukkan ke dalam neraka. Serta sungguh, ada orang yang melakukan keburukan selagi tujuh puluh tahun, lalu ia adil dalam wasiatnya, serta menutup usianya dengan kebaikan amalnya, jadi ia dimasukkan ke dalam surga. (Hr. Imam Ahmad bin Hanbal dari Abu Hurairah)
Hendaklah berhati-hati serta wasapada; jangan berhenti beramal dengan ikhlas sampai ajal menjemput. Semoga Allah Ta’ala melindungi kami dari akhir yang buruk, serta menjadikan kami akhir yang baik dalam kehidupan. Aamiin.
Apalagi selepas mati, hanya tiga amal yang berguna untuk seseorang; ilmu yang bermanfaat, sedekah jariyah, serta doa anak yang shaleh bagi kedua orang tuanya. Ketiga amalan inilah yang wajib senantiasa diproduksi sepanjang hari supaya nanti kami dapat memanennya di Hari Kiamat.
Maka manfaatkanlah usia yang sebentar dengan beragam proyek menuntut ilmu serta menyebarkannya terhadap orang-orang yang kami cintai sertamasyarakat sekitar. Ikhlaslah dalam mengupayakannya. Dan, wakafkan diri sepanjang hayat dikandung badan untuk mengamalkannya.
Sebab satu ilmu yang dipraktekkan dengan sempurna di sepanjang kehidupan jadi menjadi amalan unggulan, merupakan lebih baik dari jutaan teori yang justru membikin pemiliknya terus jauh serta ingkar terhadap Allah Ta’ala.
Jika berilmu, jadi kami bakal mengenal waktu serta amalan apa yang paling tepat. Misalnya; sebelum sampai Subuh dimanfaatkan dengan dzikir, tilawah, serta perbanyak istighfar. Seusai Subuh, dilanjutkan dengan dzikir pagi serta keutamaan lainnya.
Siang hari, di sela-sela kerja, sebagai salah satu bentuk rehat yang paling bagus; jadi ia bergegas mendirikan Dhuha, kemudian melakukan tidur siang sesaat sebelum Dhuhur sebagai salah satu sunnah Nabi, serta seterusnya.
Semua itu, hanya dapat dilakukan oleh mereka yang berilmu. Sehingga, tidak ada masa yang sia-sia. Bagi orang yang berilmu, setiap jenak merupakan kesempatan untuk perbanyak amal shaleh guna mengumpulkan bekal kehidupan di akhirat kelak.
Yang patut dicatat, ada amalan-amalan penghapus pahala. Apabila amalan ini dikerjakan di akhir hayat, jadi amalan dengan tinggi gunung alias sebanyak air di samudera, dapat habis karena satu amalan itu. Misalnya, sebagaimana disebutkan oleh Rasulullah dalam salah satu sabdanya yang berstatus Hasan Gharib ini:
Sungguh, ada orang yang melakukan kebaikan selagi tujuh puluh tahun, namun ia berwasiat serta zhaim dalam wasiatnya, lalu menutup usianya dengan kejelekan amalnya jadi ia dimasukkan ke dalam neraka. Serta sungguh, ada orang yang melakukan keburukan selagi tujuh puluh tahun, lalu ia adil dalam wasiatnya, serta menutup usianya dengan kebaikan amalnya, jadi ia dimasukkan ke dalam surga. (Hr. Imam Ahmad bin Hanbal dari Abu Hurairah)
Hendaklah berhati-hati serta wasapada; jangan berhenti beramal dengan ikhlas sampai ajal menjemput. Semoga Allah Ta’ala melindungi kami dari akhir yang buruk, serta menjadikan kami akhir yang baik dalam kehidupan. Aamiin.
Sumber: Kisahikmah.com